Bulan Ramadhan
Rasa rindu sang pencinta Ramadan akhirnya terobati. Bulan suci Ramadan yang selalu didoakan dengan: Allahumma ballighna Ramadan (Ya Allah sampaikanlah aku ke dalam bulan Ramadan), akhirnya terkabulkan untuk berjumpa. Penantian selama 11 bulan terbayarkan dengan sempurna. Ramadan begitu spesial, kedatangannya tak tergantikan oleh apapun juga.
Bagi setiap muslim, ia takkan tidak pernah menyia-nyiakan bulan Ramadan sebagai bulan untuk mengintrospeksi diri, menyadarkan diri, dan mengevaluasi visi dan misi rancangan hidupnya. Bulan Ramadan adalah bulan pengampunan, bulan kasih-sayang Tuhan, bahkan bulan pembebasan dari neraka.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni". (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibadah puasa memberikan banyak keuntungan kepada kita, baik sebagai individu, keluarga, masyarakat maupun dalam bernegara. Sudah bukan rahasia lagi bahwa puasa bisa menciptakan tubuh yang sehat, shumu tashihhu (berpuasalah supaya kalian sehat) kata Rasulullah. Merupakan suatu kenikmatan tersendiri juga manakala suatu keluarga bisa sahur dan buka berjamaah bersama keluarga. Ini akan menambah kemesraan dan berkah di dalam hidup berumah tangga. Belum lagi pahala berlipat ganda bagi segala amal kebaikan yang dilakukan di dalamnya.
Indonesia, sebagaimana diungkapkan dalam sebuah disertasi di AS, adalah negara Islam yang paling semarak menyelenggarakan amaliah Ramadan. Tidak ada negara yang memberikan apresiasi semarak dan syiar Ramadan sebesar Indonesia. Syiar itu bukan hanya bisa di lihat di perkotaan, dan hotel-hotel dan perkantoran didekorasi sebagaimana layaknya rumah ibadah muslim. TV dan media cetak dan elektronik memberikan nuansa khusus di dalam bulan Ramadan. Demikian pula di pelosok pedesaan. Kelompok pembangun, yang membangunkan orang untuk makan sahur berkeliling desa memukul benda-benda tertentu untuk membangunkan orang sambil bernyanyi: Sahur, sahur, sahur !!!!!.
Persiapan Menjemput Ramadan
Tentu sang pencinta sudah lama menyiapkan pangkalan pendaratan Ramadan di dalam kalbu dan pikirannya. Kita sudah berupaya membersihkan dan menyucikan diri sebelum Ramadan tiba, agar lebih efektif menempa diri. Kita sudah harus meluruskan jalan pikiran yang selama ini bengkok, melunakkan hati yang selama ini keras, membersihkan kalbu yang kotor, dan merajut kembali keluarga yang sedang rusak.
Dalam sebuah hadis Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan sebuah doa yang sering kita panjatkan menjelang tibanya Ramadan.
الله حدثنا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ زَائِدَةَ بن أَبي الرَّقَادِ عَنْ زِيَادِ عبد حدثنا الثميري عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِك لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِك لنا في رَمَضَانَ وَكَان يَقُولُ لَيْله الْجُمُعَةِ عَرَّاءً وَيَوْمُهَا أَزْهَرُ
Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Umar dari Za'idah bin Abu Ar Ruqad dari Ziyad An Numairi dari Anas bin Malik, ia berkata, Nabi apabila memasuki bulan Rajab, maka beliau mengatakan, "Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadan. Beliau bersabda, "Malam Jum'at adalah mulia dan harinya terang benderang." (HR. Ahmad)'
Idealnya bulan Rajab dan Sya'ban adalah bulan transisi untuk menyiapkan pangkalan pendaratan Ramadan di dalam hati dan pikiran kita. Waktu-waktu yang ada kita manfaatkan secara intensif untuk memulai shalat-shalat sunat rawatib, baik qabliyah maupun ba'diyah, baik yang mu'akkad maupun ghairu mu'akkad. Kita memulai membuka halaman demi halaman kitab suci Alquran, buku-buku, dan channel dakwah di media sosial dan elektronik. Semoga dengan demikian Ramadan kita kali ini lebih berkualitas ketimbang Ramadan sebelumnya.
Ramadan begitu agung makna dan nilainya, bagaimanakah seharusnya memersiapkan penyambutan kedatangannya? Pertanyaan ini menjadi penting untuk membuka pembahasan Ramadan lebih mendalam. Tanpa persiapan, mustahil Ramadan dapat dinikmati secara maksimal.
Merujuk pada agungnya Ramadan, ada beberapa hal kira persiapkan agar bulan suci ini dapat mengantarkan kita pada derajat takwa yang sejati. yang dapat
Pertama, persiapan mental dan batin untuk memperkuat keyakinan kita masing-masing bahwa bulan Ramadan kali ini insya Allah akan lebih baik secara kuantitatif dan kualitatif di banding bulan-bulan Ramadan sebelumnya. Setiap kita harus yakin bahwa diri kita akan mampu menjalani Ramadan tahun ini sebagai Ramadan terbaik dan lebih baik dari sebelumnya.
Kalau bulan Ramadan lalu tidak maksimum kita mengisi berbagai ibadah mahdhah dan ibadah sosial, kali ini dengan tekad yang kuat kita berjanji pada diri kita masing-masing untuk mengisinya ini dengan sempurna. Akan tetapi, Ramadan tahun sebelumnya kita hanya melakukan ibadah-ibadah fardu maka kali ini kita meniatkan akan mengamalkan seluruh ibadah sunah, misalnya shalat-shalat sunah qabliyah dan ba'diyah, shalat tarawih, i'tikaf, zikir, tadarus Alquran, dan lain sebagainya. Pada saat yang bersamaan kita juga bertekad untuk menghentikan apa yang selama ini menjadi dosa-dosa langganan kita, baik itu dosa kecil apalagi dosa besar. Intinya selama sebulan penuh kita akan membersihkan diri dari berbagai noda sebagai akibat dosa dan maksiat yang pernah dilakukan di masa lalu.
Kedua, persiapan cost Ramadan itu sendiri. Dimaksud cost Ramadan di sini bukan pengumpulan biaya mudik, persiapan beli pakaian baru, hadiah lebaran, menu sehat untuk sahur dan buka puasa, tetapi juga termasuk mengatur waktu sebaik-baiknya agar ibadah di dalamnya mendapatkan porsi waktu lebih banyak dari pada bulan-bulan biasa. Persoalan waktu akan banyak menentukan sejauhmana Ramadan dapat kita jalani dengan baik. Ini yang sering luput dari diri kita, beribadah juga membutuhkan manajemen waktu agar lebih berdampak terhadap kehidupan.
Ketiga, tak kalah pentingnya dalam menyambut Ramadan adalah meminta maaf kepada semua orang, terutama keluarga dekat. Kita perlu berjiwa besar untuk meminta maaf kepada mereka yang pernah kita
FARID AKBAR MAULANA
FARID AKBAR MAULANA