MASIH INGATKAH KAU JALAN PULANG
Pernahkah kau merasa lelah?
Pernahkah satu demi satu anggota tubuhmu
mengeluarkan suara asing, Sudahlah?
Pernahkah kau di sepanjang perjalanan ini
memutuskan untuk duduk saja jauh dari
tepi jalan, di bawah sebuah pohon yang
bersitahan terhadap berkas-berkas
sinar matahari, 'ambil jalan lain saja dan tidak
usah menembusku'.
Pernahkah kau yakin bahwa putus asa
adalah satu-satunya cara? Bahwa berhenti
adalah satu-satunya usaha, bahwa menutup
indera adalah pilihan yang sah karena tak terbantah?
Pernahkah kau merasa lelah? Pernahkah
kau menyadari bahwa segala yang selama
ini kau ucapkan, ya kau ucapkan ternyata
salah? Pernahkah? Ya, pernahkah?
Kau adalah cermin retak
yang tak pernah lelah
menatapku , Kau baik-baik
saja, bukan?
Mendengarkan bunyi-bunyi
gaduh dalam diri sendiri
adalah cara terbaik untuk bertanya,
'Apakah kini waktunya untuk
bunuh diri?' Apakah kini waktunya...
Kau, ya kau, adalah cermin retak
yang hanya bisa menerima
dan tak punya hak menolak,
meski berupaya mengelak.
Apakah kau paham, Sayangku?
Ditujukan kepada siapa gerangan
pertanyaan itu, Sayangku?