PEMBUDIDAYAAN RUMPUT LAUT

prakerinmisntv


 PEMBUDIDAYAAN RUMPUT LAUT

        PENDAHULUAN

 1.1. SEJARAH PERKEMBANGAN BUDI DAYA RUMPUT LAUT 

       Istilah rumput laut sudah lazim dikenal dalam dunia perdagangan, meskipun penggunaan istilah tersebut sebenarnya tidak tepat. Istilah rumput laut merupakan terjemahan dari kata seaweed. Padahal rumput laut memiliki padanan dengan seagrass atau lamun. Secara morfologi keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Jika rumput laut termasuk tumbuhan thalophyta yang tidak bisa dibedakan antara akar, batang dan daunnya, maka lamun termasuk tumbuhan tingkat tinggi.

        Pemanfaatan rumput laut oleh manusia sebenarnya sudah sangat lama terjadi. Beberapa catatan sejarah yang menunjukkan hal tersebut, antara lain Kekaisaran Shen Nung sekitar tahun 2700 SM sudah menggunakan dan memanfaatkan rumput laut untuk berbagai kebutuhan. Pada masa itu tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai obat dan bahan makanan oleh masyarakat. Catatan lain menyebutkan bahwa sekitar 65 SM, masyarakat Eropa (Romawi) sudah memanfaatkan rumput laut sebagai bahan obat-obatan. Secara komersial rumput laut telah dipergunakan sejak tahun 1670.

       Pemanfaatan rumput laut di Indonesia telah ada sekitar tahun 1292. Para pelaut Eropa yang berlayar di perairan nusantara mencatat adanya pemanfaatan rumput laut oleh para nelayan di Indonesia sebagai sumber pangan sehari-hari (sayur-sayuran). Pada beberapa tempat juga tercatat rumput laut digunakan sebagai bahan pengobatan. Masyarakat pesisir Jawa Tengah, khususnya Jepara dan sekitarnya, menggunakan rumput laut untuk mengobati luka bakar.




  1.2.RUMPUT LAUT DAN MANUSIA  

        Produk ekstraksi rumput laut banyak dipergunakan sebagai bahan pangan, bahan tambahan, dan bahan pembantu dalam industri makanan, farmasi, tekstil, kosmetik, cat, dan lain sebagainya. Rumput laut pun dipergunakan sebagai salah satu komponen pakan ternak dan pupuk. Industri pengolahan rumput laut menjadi bahan baku agar- agar telah tercatat pada tahun 1930-an, sedangkan industri karagenan muncul sekitar tahun 1989, sementara industri alginate di Indonesia. belum ada (Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah, 2010). Saat ini industri pupuk rumput laut pun menggeliat meski masih dalam skala industri kecil.

       Permintaan produk rumput laut cenderung terus meningkat setiap tahun. Sejak awal tahun 1980-an rumput laut telah mulai digunakan, merambah berbagai sektor industri nasional, antara lain untukberbagai industri makanan, tekstil, kertas, cat, kosmetik, dan farmasi Di Indonesia pemanfaatan rumput laut dimulai dari industri agar-agar (Gelidium sp, dan Gracilaria sp.) sedangkan untuk industri karagenan (dari jenis Eucheuma sp.), dan industri alginate (dari jenis Sargassum sp.) baru dimulai tahun 1995.

       Penggunaan dan pemanfaatan produk rumput laut diperkirakan akan semakin meningkat dan meluas di masa yang akan datang seiring semakin beragamnya kebutuhan manusia. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan industri, potensi sumber daya alam rumput laut yang kita miliki perlu terus dikembangkan secara lestari dan berkelanjutan dengan ekstensifikasi serta intensifikasi lahan. Negara lain penghasil rumput laut adalah Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Filipina, Thailand, Malaysia, India, Chille, RRC, dan Madagaskar. Berikut ini penggunaan dan jenis rumput laut yang dimanfaatkan untuk beragam industri.



1.3.BIOLOGI RUMPUT LAUT 

       Rumput laut atau seaweed adalah tumbuhan yang tidak dapat dibeda- kan antara akar, batang dan daunnya atau dikenal sebagai thallophyta. Rumput laut termasuk dalam kelompok alga khususnya makro alga. Sedangkan pengertian lain yang hampir mirip adalah Seagrass yang di Indonesia lebih dikenal sebagai lamun. Berbeda dengan lamun yang tergolong dalam tumbuhan tingkat tinggi, rumput laut tidak termasuk dalam golongan tersebut. Rumput laut pada umumnya dapat diklasifi- kasikan menjadi beberapa kelas yaitu: alga hijau (chloropheceae), alga coklat (pheaceophyceae), dan alga merah (rhodophyceae).

      Eucheuma cottoni merupakan salah satu jenis rumput laut mera (Phodophyceael yang juga dikenal dengan nama Kappaphycus alvarez karena karagenan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karagenan Oleh sebab itu, jenis ini secara taksonomi debut Kappaphycus alvarezi (Doty, 1986). Nama daerah 'cottoni umumnya lebih dikenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasional Klasifikasi E. cottoni adalah

Kingdom: Plantae

Divisi      : Rhodophyta

Kelas       : Rhodophyceae

Ordo        : Gigartinales

Famil       : Solieracea

Genus      : Eucheuma

Species    : Eucheuma alvarezii Doty

                  Kappaphycus alvarez (doty) Doty



1.4.KANDUNGAN RUMPUR LAUT 

        Kandungan dan komposisi kimia yang terdapat dalam berbagai jenis rumput laut dapat dikelompokkan menjadi : agarofit, yaitu jenis rumput laut yang menghasilkan agar - agar. Beberapa jenis yang termasuk kelompok ini antara lain Gracilaria spp. Gelidium spp., dan Gelidiella spp. Rumput laut yang menghasilkan karagenan disebut karaginofit. Beberapa jenis yang termasuk jenis ini antara lain Eucheuma spinosium, E serra, E. cottoni, E. edule, dan Eucheuma serra. Selain itu rumput laut juga ada yang mampu menghasikan alginat. Beberapa jenis rumput laut yang memiliki kemampuan menghasilkan alginat adalah Sargassum sp., Laminaria sp., Ascophyllum sp., dan Macrocystis sp. (Ditjen PEN/MJL/004/9/2013).

      Rumput laut mengandung karbohidrat, protein, sedikit lemak dan abu, sebagian besar merupakan senyawa garam dan kalori. Bila dibandingkan dengan tanaman dan sayuran darat, kandungan protein rumput laut lebih tinggi. Selain itu rumput laut kaya akan berbagai jenis vitamin, seperti A, B1, B2, B6, B12, dan C, beta karotin serta mineral penting seperti besi, iodin, aluminum, mangan, kalsium, nitrogen dapat larut, phosphor, sulfur, chlor, silikon, rubidium, strontium, barium, titanium, cobalt, boron, copper, kalium, asam nukleat, asam amino, protein, mineral, trace elements, tepung dan gula. Komposisi kimiawi dari beberapa jenis rumput laut dapat dilihat pada Tabel 1.4.

1.5.SEBARAN DAN DISTRIBUSI RUMPUT LAUT 

      Sebaran dan distribusi rumput laut merupakan bagian tak terpisahkan dari proses adaptasi terhadap lingkungan. Distribusi dan sebaran rumput laut memiliki ciri khas masing-masing. Sebaran rumput laut di perairan Teluk Lampung, khususnya di sekitar Teluk Hurun, disajikan selengkapnya pada Gambar 1.3. Terdapat tidak kurang dari sembilan jenis rumput laut di perairan tersebut, baik dari kelompok Chlorophyta maupun Rodophyta, diantaranya adalah H. renschii, Sargassum sp., Gracilaria sp., H. gracillis, Turbinaria sp., Euchema sp., Padina sp... Caulerpa sp., dan Halimeda sp.

      Rumput laut jenis H. renschii dan H. gracillis mendominasi perairan tersebut. Sebarannya cukup luas dibanding jenis lain, mulai dari ka- wasan terumbu hingga tubir, membentuk hamparan hijau. Sementara itu jenis Turbinaria sp. adalah jenis yang paling sedikit dibandingkan yang lain.

1.6.PRODUKSI RUMPUT LAUT INDONESIA 

      Perairan Indonesia merupakan perairan tropis yang kaya akan sumber daya plasma nutfah rumput laut (menurut ekspedisi Van Bosse, 1899. 1900, mencapai 555 jenis), membuat komoditas rumput laut menjad salah satu hasil laut yang diunggulkan dan dikembangkan secara luas. tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia (mencapai 384,73 ribu ha)dengan target produksi tahun 2014 sebesar 10 juta ton. Berdasarkan data, tahun 2010 produksi tertinggi ditempati oleh Provinsi Sulawesi Tengah dengan 833.327 ton, dikuti Provinsi Sulawesi Selatan (750.134 ton Nusa Tenggara Timur (596 348 ton), Jawa Timur (383.580 ton) dan Nusa Tenggara Barat (152.534 ton) (Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan RI)

     Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya (2015), nilai produksi rumput laut menunjukkan tren meningkat setiap tahun. Pada tahun 2010, nilal produksi hanya 3,9 juta ton, sementara tahun 2014 total produksi mencapai 10 juta ton. Nilai produksi rumput laut tersebut nampak menonjol jika dibanding produksi komoditas lain seperti udang, ikan, dan lainnya. 




1.7.DI BORONG CINA DAN SINGAPURA

       Kualitas, kuantitas, din kontinuitas produks rumput laut Indone sudah mendunia dan tidak diragukan lagi Hal itu diungkapkan olan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Nus Nurulia shak (28), "Dunia mengjakul kui rumput laut Indonesia Dari total ekspor rumput laut dur, Indonesia mampu menjadi pemasok utama rumput laut dunia dengan pangsa sebesar 26.50 persen dan total 1,09 miliar dolar AS permintaan dun

        Republik Rakyat Cina dan Singapura memborong rumput laut In sia dengan total kontrak dagang sebesar 58 juta dolar Amerika Serikat atau Rp 782.71 milat Sebuah angka yang sangat besar dan akan sangat membantu negara dalam mendatangkan devisa Permintaan luar negeri itu diyakini akan terus meningkat setiap tahun seiring se makin luasnya penggunaan rumput laut di dursa, seperti untuk tahan baku makanan olahan, pakan hewan, pupuk, kosmetika, pengendali bahan pencemar, tekst, dan sebagainya

        Kerjasama dan kolaborasi tidak hanya di tingkat rasional Pemerintah juga mengembangkan kerja sama dengan Filipina sebagai salah satu produsen besar rumput laut. Diharapkan kawasan ASEAN menjadi basis produksi rumput laut dunia. Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLO) dengan Seaveed Industry Association of the Phillipines (SAP) akan menjadi mitra dalam pengembangani rumput laut Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total ekspor rumput laut Indonesia tahun 2014 mencapai 226,23 juta dolar AS, di mana nital tersebut



Dipublis Oleh Lily Dan Ditulis Oleh Farid Akbar Maulana